UPAYA PENANGANAN SELF HARM YANG MARAK TERJADI PADA SISWA

Sahabat Prokopim,
Upaya penanganan self harm atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang untuk menyakiti atau melukai dirinya sendiri dikalangan pelajar dimana dipicu oleh tindakan bullying, trend, membanding-bandingkan, masalah keluarga, cinta serta masalah sekologis lainnya harus segera dituntaskan.

Melalui rapat koordinasi antara Pj.Bupati Magetan bersama Kapolres Magetan, Perwakilan Dandim 0804, Tim UNS (zoom), Kepala RSUD dr. Sayidiman, Kepala Dinkes, perwakilan Dinas PPKBPP PPA, Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Kabag Prokopim beserta Kepala sekolah SMP dan pengawas yang ada di Magetan mencoba mengurangi permasalahan dan mencari solusinya, acara dilaksanakan di Ruang Jamuan Pendapa Surya Graha, Selasa (24/10/2023).

” Tolong Bapak Ibu guru dapat memposisikan sebagai orang tua kedua disekolah dan dapat mengatasi masalah secara preventif dengan pendampingan secara melekat, ” kata Pj. Bupati Magetan

Beliau menegaskan, jika Pemerintah Kabupaten Magetan proaktif untuk melakukan tindakan cepat, ” Tolong Bapak Ibu guru segera koordinasi dengan kepala puskesmas setempat dan saya minta Kepala Puskesmas segera terjun langsung ke sekolah – sekolah,” tegasnya.

Ia menambahkan, saat ini Pemerintah telah berupaya melakukan kerja sama dengan UNS dalam pendampingan dan memberikan konseling kepada pelajar di Magetan.

Selain itu, Kapolres Magetan juga memberikan atensi yang besar terhadap permasalahan self harm di Magetan, untuk itu pihaknya siap untuk melakukan koordinasi dengan Polda Jatim agar menghadirkan Satgas penanganan self harm dengan melakukan edukasi dan konseling di sekolah.

Prof. Farida Hidayati dari UNS memberikan paparan melalui zoomnya bahwa dari hasil penelitian yang ia lakukan, 50 sampai 90 persen pelajar melakukan self harm dan terjadi banyak pada usia SMP.

” Self harm dipicu oleh media sosial, film yang membawa mereka merasa ada ketertarikan lalu ikut-ikutan, permasalahan keluarga, masa dimana lagi mencari jati diri dan yang dominan adalah tidak adanya kemampuan mengolah emosi,” ungkapnya.

Beliau sampaikan solusi yang diambil diantaranya, melakukan intervensi melalui kegiatan yang menggambarkan kegembiraan, penguatan religius siswa, melakukan interaksi, memahami emosi dan mampu mengarahkannya misal mengekpresikan emosi siswa melalui cerita tulisan ( diary ).
(Prokopim/gtm/bee/ky/KD1)

Leave Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *